Minggu, 01 Desember 2013

Gua telapak tangan di rammang-rammang


Salah satu keunikan kawasan karst Maros adalah banyak dijumpai gua – gua dengan ornamen unik dan sungai bawah tanah. Gua – gua yang terbentuk dari pelarutan batu gamping tidak hanya dapat dijadikan sebagai tempat wisata alam namun merupakan bukti yang menyimpan sejarah kehidupan manusia di zaman purba. Selain Gua prasejarah Leang – Leang, kawasan karst Maros banyak terdapat situs purbakala diantaranya Gua Telapak Tangan.

Sebagai patokan menuju ke gua ini, dari jembatan kayu Rammang – Rammang, kami belok kiri menyusuri jalanan setapak dan melewati pematang sawah. Perjalanan menuju ke Gua Telapak Tangan memakan waktu kurang lebih 45 menit. Untuk mencapai gua, kami harus menaiki beberapa buah anak tangga. Saya tidak sempat menghitungnya. Bekas telapak tangan terdapat di langit – langit gua seukuran tangan anak kecil. Gambar telapak tangan ini hanya berjumlah satu buah saja dengan lima jari yang utuh. Di gua yang berbeda, bekas cap tangan berupa empat jari saja seukuran tangan orang dewasa yang dicat menggunakan tinta merah. Selain gambar telapak tangan, juga terdapat gambar lainnnya yang menyerupai gambar ikan dan tombak.
Dengan perlengkapan senter seadanya kami masuk ke dalam gua. Saya harus menunduk masuk karena pintunya tidak lebih dari satu meter tingginya. Ruang gerak dalam gua ini sempit. Sangat susah untuk berdiri, kami berjalan dengan cara merangkak dan menunduk. Di lantai bawah gua terdapat banyak kolom – kolom yang berdiri tegak sejajar, ada yang berukuran kecil, ada pula yang besar membentuk pilar – pilar dengan stalaktit bergelantungan sebagai atapnya serupa singgasana di bawah tanah.
Di dalam gua terdapat mata air yang membentuk kolam kecil setinggi lutut orang dewasa. Keunikan gua yang ada di wilayah karst yakni stalaktit dan stalakmitnya menyatu, berukuran raksasa dan membentuk kolom. Stalaktit terbentuk dari tetesan air dari langit – langit gua yang mengkristal dan membentuk kerucut. Sedangkan stalakmit adalah batu yang tumbuh ke atas di lantai gua. Proses pembentukan stalaktit dan stalakmit berlangsung selama ribuan tahun. Jika formasi tersebut tumbuh bersama, hasilnya dikenal sebagai kolom. Kolom terbentuk dari stalaktit dan stalakmit yang tumbuh bersamaan dan menyatu membentuk seperti tiang. Kolom – kolom yang ada dalam Gua Telapak Tangan memiliki diameter cukup besar.
Ornamen gua ini sebenarnya tidak bisa di sentuh karena dapat menghambat pertumbuhannya. Stalaktit tumbuh sekitar 3 mm (0,12 inci) per tahun. Minyak atau keringat yang menempel di batu stalaktit atau stalakmit dapat menghambat tumbuhnya batu dan merusak struktur. Fenomena alam seperti ini hanya terjadi dalam gua, sebuah tempat kegelapan abadi.
Tidak banyak orang yang tahu bahkan penduduk lokal pun tidak paham mengenai seluk beluk potensi kawasan karst. Masyarakat setempat perlu diberi informasi bahwa batuan yang telah mengalami pelarutan oleh air hujan dinamakan kawasan karst. Karst Maros termasuk aset internasional karena Karst Maros Pangkep memenuhi kriteria kawasan karst kelas I. Suatu kawasan dapat dikategorikan sebagai kawasan kelas I apabila berfungsi sebagai kawasan penyimpan air, terdapat gua – gua dan sungai bawah tanah yang aktif, serta gua – gua situs purbakala. Di kawasan ini terdapat lebih dari 100 gua yang memiliki mata air dan beberapa diantaranya merupakan situs prasejarah karena di dalamnya terdapat gambar cap tangan yang dibuat oleh manusia purba.
Karst Maros Pangkep telah diakui oleh dunia internasional dan masuk dalam kategori UNESCO World Heritage (saya juga baru tau). Sebagai warga negara yang baik sudah sepatutnya kita menjaga keseimbangan lingkungan dan ekosistem kawasan karst. Saya turut prihatin dengan pemerintah daerah setempat yang masih memberikan izin kepada beberapa perusahaan untuk melakukan kegiatan penambangan di kawasan Rammang – Rammang. Bukit karst yang dulunya cantik semakin hari semakin bopeng akibat banyak galian tambang. Kehidupan masyarakat sekitar pun terusik karena rusaknya sumber mata air dan habitat hewan endemik serta rusaknya beberapa situs purbakala.
Jikalau suatu hari nanti anda atau teman anda berkunjung ke tempat ini, maka nikmatilah panorama alam dan gugusan karstnya yang indah, telusuri jejak prasejarah di dalam guanya, hirup udara segar sepuasnya serta temukan damai dan tenang di penghujung kampung yang dikelilingi bukit karst. Karena belum tentu di masa depan bukit – bukit yang menyerupai menara tersebut masih berdiri kokoh sebelum tergerus habis oleh ulah penambang liar. One thing to remember, jangan buang sampah sembarangan, lestarikan alamnya coz Indonesia itu indah kawan. Kalau bukan kita siapa lagi yang akan menjaga alam pemberian Tuhan..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar