Kamis, 28 November 2013

Rumah balla lompoa di Gowa





Tempat Bersejarah ISTANA Kerajaan GOWA Makassar yang Berkedudukan Di Kabupaten GOWA Sulawesi Selatan sekarang Telah Menjadi Museum peninggalan Kerajaan Makassar GOWA Sulawesi Selatan ( Disampingnya Dibangun Duplikat Istana Tamalate merujuk pada ukuran aslinya di zaman lampau ). ISTANA Tamalate dan Balla Lompoa adalah sisa-sisa Istana Kerajaan Gowa yang sekarang berfungsi sebagai museum. Di dalamnya terdapat berbagai harta pusaka peninggalan Kerajaan Gowa pada zaman keemasannya.Istana Tamalate dan Balla Lompoa terletak bersebelahan dalam satu kompleks di Sungguminasa, Gowa. Jarak lokasi ini sekitar 15 kilometer sebelah selatan pusat Kota Makassar. Kompleks Kerajaan Gowa ini tepat berada di pusat Ibu Kota Kabupaten Gowa, Sungguminasa, Bangunan itu sama-sama berbentuk rumah panggung. Warnanya coklat tua, seluruhnya terbuat dari kayu ulin atau kayu besi. Tampak jelas usia bangunan ini tak lagi muda. Luas komplek adalah 1 hektare dan dikelilingi tembok tinggi.
 

Bangunan Istana Tamalate lebih besar dari Balla Lompoa. Adalah istana pertama Kerajaan Gowa sebelum kota raja dipindahkan ke dalam Benteng Somba Opu. Tapi Istana Tamalate yang sekarang berdiri di kompleks tersebut sebenarnya bukan bangunan istana yang asli. Karena yang asli sudah punah terkubur masa. Istana Tamalate di sini adalah replika dari istana yang asli. Dibangun pada saat Syahrul Yasin Limpo menjadi Bupati Gowa tahun 1980-an. Bahan dan ukurannya disesuaikan dengan aslinya berdasarkan kajian terhadap sejumlah naskah Makassar kuno (lontara) yang menceritakan tentang Istana Tamalate. Sementara Balla Lompoa adalah istana asli Kerajaan Gowa. Balla Lompoa dalam bahasa Makassar rumah besar atau rumah kebesaran. Fungsi Balla Lompoa adalah museum yang menyimpan simbol-simbol kerajaan, seperti mahkota, senjata, payung raja, pakaian, bendera kebesaran, serta barang-barang lainnya termasuk sejumlah naskah lontara.
 

Bangunan istana merupakan gabungan dari bangunan-bangunan utama dan pendukung yang saling 
terhubung. Bangunan dihubungkan dengan sebuah tangga setinggi lebih dari dua meter. Bagian depan bangunan adalah teras, lalu masuk ke ruang utama, dan ruang-ruang lainnya seperti kamar tidur yang pernah digunakan oleh raja.
Jam Buka
Senin-Kamis 08.00-16.00
Jumat 08.00-11.00
Kompleks situs ini dapat dijangkau dengan mudah, dengan angkutan kota, taksi, maupun fasilitas angkutan hotel. Dengan angkutan kota, naik dari Lapangan Karebosi jurusan Sungguminasa turun di depan Balla Lompoa. Bisa juga dengan bus patas AC Damri dari Pasar Panampu.


Museum Balla Lompoa menyimpan koleksi benda-benda berharga yang tidak hanya bernilai tinggi karena nilai sejarahnya, tetapi juga karena bahan pembuatannya dari emas atau batu mulia lainnya. Di museum ini terdapat sekitar 140 koleksi benda-benda kerajaan yang bernilai tinggi, seperti mahkota, gelang, kancing, kalung, keris dan benda-benda lain yang umumnya terbuat dari emas murni dan dihiasi berlian, batu ruby, dan permata. Di antara koleksi tersebut,  rata-rata memiliki bobot 700 gram, bahkan ada yang sampai atau lebih dari 1  kilogram. Di ruang pribadi raja, terdapat sebuah mahkota raja yang berbentuk  kerucut bunga teratai (lima  helai kelopak daun) memiliki bobot 1.768 gram yang bertabur 250 permata  berlian. Di museum ini juga terdapat sebuah tatarapang, yaitu keris emas  seberat 986,5 gram, dengan pajang 51 cm dan lebar 13 cm, yang merupakan hadiah  dari Kerajaan Demak. Selain perhiasan-perhiasan berharga tersebut, masih ada koleksi benda-benda bersejarah lainnya, seperti: 10 buah tombak, 7 buah naskah  lontara, dan 2 buah kitab Al Quran yang ditulis tangan pada tahun 1848.

Museum ini berfungsi sebagai tempat menyimpan koleksi benda-benda Kerajaan Gowa. Benda-benda bersejarah tersebut dipajang berdasarkan fungsi umum setiap ruangan pada bangunan museum. Di bagian depan ruang utama  bangunan, sebuah peta Indonesia  terpajang di sisi kanan dinding. Di ruang utama dipajang silsilah keluarga  Kerajaan Gowa  mulai dari Raja Gowa I, Tomanurunga pada abad ke-13, hingga Raja Gowa terakhir Sultan Moch Abdulkadir Aididdin A. Idjo Karaeng  Lalongan (1947-1957). Di ruangan utama ini, terdapat sebuah singgasana yang di letakkan pada area khusus di tengah-tengah ruangan. Beberapa alat perang, seperti tombak dan meriam kuno, serta sebuah payung lalong sipue (payung yang dipakai raja ketika pelantikan) juga terpajang di ruangan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar